Pages

Kamis, 17 November 2011

Sehari Bersamamu


Pernahkah kau kehilangan seseorang yang kamu sayangi dan kau ingin bisa bercakap-cakap dengannya sekali lagi, mendapatkan satu lagi kesempatan untuk menggantikan waktu-waktu ketika kau menganggap dia akan selalu ada selamanya? Jika pernah, maka kau pasti tahu bahwa seberapa banyak pun kau mengumpulkan hari-hari sepanjang hidupmu, semuanya takkan cukup untuk menggantikan satu hari itu, satu hari yang ingin sekali bisa kau miliki lagi. Bagaimana jika kau bisa mendapatkan kembali satu hari itu? Apa yang akan kau lakukan? Apa yang akan kau katakan?

Entah berapa lamanya aku berjalan. Cukup lama untuk bisa melihat hujan berhenti dan langit mulai dengan cahaya awal fajar.

Aku sampai disisimu, yang ditandai oleh sebuah rasa sayang, dan semua serasa begitu indah.

Namun, aku berdiri sendiri di depan sebuah dinding yang begitu kokoh, basah oleh air mata dan hancur dan itulah yang aku rasakan kini.

Aku hanya bisa memandangmu dari sisi dinding kokoh itu. Di balik dinding itu kulihat sebuah retakan, retakan yang pernah ada oleh dinding yang aku buat dan akhirnya roboh juga.

Kumencoba menyepuh dinding yang retak itu, agar kamu tetap berada dibalik dinding itu. Agar kamu tetap kokoh berdiri mempertahankan dinding itu.

Aku sering bermimpi menemukan kamu lagi. Aku bermimpi bisa berada disampingmu, dan suatu hari kamu akan memelukku erat, dan kamu akan mengatakan padaku bahwa yang kemarin hanyalah sebuah kesalahan besar. Dan kita berdua akan pulang bersama, menangis air mata bahagia. Akankah hanya sebuah fantasi otakku saja? Akankah ini semua terwujud?

Ada banyak hal dalam hidupku yang kuharap bisa kuperbaiki. Begitu banyak peristiwa yang ingin kuulangi. Tapi satu hal yang paling ingin kuubah seandainya aku bisa mengubah meski hanya satu hal saja, bukan untukku tapi untukmu yang aku sayang.

Andaikan waktu dapat diputar, andai waktu dapat kembali, mungkin aku akan mengatur skenario kehidupan sesuai yang aku mau. Tapi hidup ini adalah panggung sandiwara, ibarat permainan wayang, aku adalah wayang dan Tuhan adalah dalangnya. Tak ada yang pernah tahu akhir dari cerita wayang ini sampai akhirnya sang dalang mengatakan THE END.

Tuhan, andaikan Engkau memberiku kesempatan sekali lagi, aku tak ingin melepasnya dari hatiku, karena aku membutuhkannya. Aku ingin pertahankan dia di hatiku, karena aku ingin bahagia bersamanya. Andaikan ada sehari itu bersamamu……


Tidak ada komentar:

Posting Komentar